Kado
kadangkala seperti minuman keras memabukkan
“Jo nggak bakalan ngasih kado kalu
nggak ada momen khusu, ya.”
“trus,
kalu Anton? Masak nggak ada momen trus ngasih kado. Apa isiny?”
“mana
aku tahu?”dinda melirik ke ruang kelasnya yang masih ramai, “kayaknya Pak Adi
nggak datang ya?”
“lho, belum tahu? Tadi doni, ketua
kelas ngumumin kalau Pak Adi nggak bisa
ngajar karena sakit. Kita disuruh menggarap soal-soal LKS hal 23. Tapi
temen-temen kayaknya sudah pada ngerjain di rumah tuh!”
“Aku juga sudah ngerjain di rumah,”
ujar Alisa . wah kebetulan. Kita buka kado Anton, yuk!”
“Anton
pesannya suruh buka di rumah, Ya”. Alaaa, patuh amat! Anton kan cuman temen
kamu, sama seperti sama yang lain. Meski kalian akrab banget, sekali lagi,
kaian hanya berteman. Jadi...”
“Oke,
aku juga penasaran banget, pengin tahu apa isi kado ini!”
“Dinda dan Ani pun menyelinap menuju
taman dekat kelas mereka. Di atas sebuah bangku kayu, mereka meletakkan kadio
itu. Cepat Dinda membukanya.
Hmm... sebuah kalung perak.. tak terlalu
istimewa sebenarnya jika saja liotinnya tidak berbentuk hati dengan warna merah
jambu, dan jika saja tidak terdapat seleembar kertas wangi dengan tulisan indah
khas Anton yang terselip didalamnya...
Buat
Dinda seorang.....
Dinda, maafkan aku jika
apa yang aku lakukan ini mengejutkan hatimu. Namun, aku sudah yak kuasa menahan
gejolak hati yang semakin lama
semakin menggelora.
Kita sudah lebih dari 3 semester saling
bekerja sama, bahu membahu menghidupkan majalah sekolah.
Selama itu pula, Din... sebenarnya aku
sudah ngeras asang sama kamu.Aku pengin hubungan kita berlanjut, din. Tegasnya,
kau pengin kamu jadi pacarku.
Tolong dijawab ya, Din! Maafkan, jika aku
membuatmu bingung.
Dariku
Anton Gumilang
“arrkhhh...!
mendadak Dinda berteriak, membuat Ani tersentak banget.
“ih, kamu apa-apaan, sih!
Teriak-teriak kayak Tarzan. Mali lagi, kalu didengar orang. Apalagi, ini sudah
bukan jam istirahat lagi.’”
“ya..ya. kamu nggak tahu
permasalahannya, sih!” Dinda menggi-gigit bibirnya.
“apa masalahnya?”
“aku ... aku sudah sejak dulu juga
naksir Anton. Dia itu... oragnya ganteng. Sudah gitu, cool banget.
Ponter lagi. Juga romantis. Sayngnya .. dia calm banget. Pemalu.
Jadi...”terlambat? kamu sudah keburu jadian sama jo?”tebak Ani.
“tepat dugaanmu. Karena dia begitu
tertutup, akhirnya aku teriama tembakan jo.padahl, kaludilihat-lihat, Anton kan
lebih keren dari jo ya?”
“heh,,,heh! Kamu mulai nggak setia sama jo? Nggak boleh
sekingkuh lho!”
“seandaiknya saja Anton nh=gomong
sejak dulu bahwa dia sayang aku ...”
“sudah terlambat, fren! Kamu udah jadi
milik orang.”
“aku nyesel.”
“kamu harus setia sama jo!”
“aku.....”
Dinda benar-benar bingung.
Malam itu, purnama bersinar syahdu.
Sebenarnya sebuah malam yang indah. Namun, Dinda tak bisa menikmatinya seperti
biasa. Bayangkan, 2 orang cowok yang selama ini dekar dengannya, sama-sama
ngajak pergi keluar. Jo ngajak dia nonton pertandingan bola basket di stadion
maklum, doi kan atlet basket, sementara Anton ngajak dia nonton teather. Jujur,
dia sebenrnya lebih senanang teather dibanding basket. Namun, jo adalah
pacarnya. Sedang Anton ? hanya temen.
Jadi, pilih yang mana?
Jo, dia atlet yang canggih,
tongkrongannya selalu serba wah, macho, senang ngotak atik komputer ...
pokoknya protipe cowok sejatilah.
Anton, dia seorang calon penulis yang
berkualitas. Orangnya romantis, suka berpuisi, pintar, tapi rajin.....
Nilainya sama deh!
Sebenarnya, dulu Dinda naksir Anton,
tetapi setealah lama dicuekin, ia memilih mencoba melupakan si cowok kece itu.
Tak tahunya, setelah ia benar-benar lupa, dia malah nembak dia.
Jadi, gimana dong?
Thing... thong!
Bel
rumahnya berbunyi. Ternyata, yang datang jo duluan. Ia terlihat gagah
dengan jeans dan jaket kulitnya.
“Gimana? Udah siap?”tanya jo.
Dinda menelan ludah. Ia bahkan belum
sempat mandi. Sibuk mikir kedua tawaran itu suh...
“jo, kayaknya aku agak kurang enak
badan, nih!” jawab Dinda bohong.
“kenapa?”
“kepalaku pusing.”
“o, ya?”jo khawatie. “ udah minum
obat?”
“nanti aja deh.”
“buruan minum obat, terus beristirahat
ya?”
“ makasih. Tapi malam ini kamu pergi
sendiri. Nggzk papa?”
“santai aja Din. Yang penting, kamu
segera sehat!”
“Dinda pun mengantar kepergian jp
dengan lega. Lima menit kemudian, Anton datang. Ia mengenakan busana casual yang
menawan.
“gimana, Din?” Teathernya asyik
bangat, lho. Kamu harus nonton., kalau tidak, rugi!”
Dinda terdiam. Pergi, enggak.... Pergi
enggak. Kalau pergi, diaa sudah berkhianat sama Jo. Nggak pergi, kesempatan
bermalam minggu sama cute hilang itu hilang. Lagian, siapa mau malam mingguan
sendirian di rumah . papa sama Mama pergi ada udangan nikah di gedung Waanita,
mas Gagah pergi mendaki bersama teman-temannya da si bungsu Andre sedang
berkemah di lereng gunung.
“Gimana, Din?!”desak Anton. “Teather itu
didukung oleh para pemain luar negeri lho. Sebuah kalonorasi yang pasti oke
banget. Kita tonton. Aku udah beli tiketnya 2 lho. Kamu nggak mau kecewakan
aku, kan?”
Padahal! Dinda sudah mengecewakan Jo.
Tetapi, jo orang yag kuat, macho. Nggak bakalan dibawa ke hati jika kecewa.
Beda dengan Anton yang lembut.
“So, gimana dong?
“ya deh!” jawab Dimda akhirnya, tak
pikir panjang. “tunggu aku 10 menit ya?”
“Okay! aku tunggu dengan senang hati!”
ujar Anton sambil melempar senyuman yang nggemesin abis itu.
v
“jadi, gimana Din?” tanya Anton, ketika
mengantarkan Dinda pulang sehabis nonton Teather. “kamu mau terima cowokmu
nggak?”
“Dinda terdiam sesaat. Coba kamu
ngomingnya setahuan yang lalu. Ton. Sebelum aku jadian sama Jo, keluh batin
Dinda.
“ngg....Ton... aku... “
“jawab saja apa adanya. Aku siap
mendengar jawabanmu, sepahit apapun kok!”
“aku... aku sebenarnya juga sayang
sama kaau. Cuman... cuman... “
“kamu udah ada yang punya?”
“betul, Ton. Aku udah punya pacar.”
“Jo?”
“ya, dan aku mencoba untuk tetap setia
padanya. Gimana kalau kita tetap berteman saja?” tawar Dinda.
“Teman” Anton garuk-garuk kepala. “
boleh deh.. teman ... tapi mesra ya?”
“Te-Te-Em?” Dinda tersenyum. “okay deh!”
“mereka pun saling tersenyum.
Namun.....
Braakk! Klontaaangg!
Sebuah kaleng biskuit yang dolemparkan
seseorang bergelontang tepat di samping mereka . Tersentak mereka sama-sama
menoleh dan paras mereka pun berubah pucat. Jo,
sudah berdiri di belakang mereka. Tanganya berkacak pinggang. Wajahnya
penuh amarah.
“jadi ini yang terjadi sebenarnya! “
Jo menuding wajah Dinda. “ kau pura-pura sakit supaya nggak pergi sama aku dan
bisa selingkuh sama cowok brengsek ini?”
Dinda melangkah mundur, ih, kalau Jo
sedang marah, seram juga oii!
“Jo, jangan salah sangka. Aku .... aku
sama Anton hanya berteman saja kok!”
“teman...teman tapi mesra? Huh! Tidak
bisa! Kamu udah selingkuh! Aku tidak
bisa terima! Kau pengkhianat, tahu!”
“jo... kamu salah paham.”
“Salah paham apa?!”kini Jo berbalik
kearah Anton, lantas mencengkeram kerah leher cowok itu, “ Awas ya, kalau kau
ganggu pacarku, aku akan ngasih pelajaran buatmu! Denger itu!”
Plak...plak..plak!
3 temaparan mampir ke wajah Anton yang
hanya bisa bengong.
Dinda pun hanya bisa terisak-isak
menangis.
BERSAMBUNG